Kamis, 19 September 2013

Pulang ke Kotamu



Hari itu aku kembali, kesana, di kotamu
Banyak rencana dan hal yang ingin kulakukan disana, dan bagian menarik dari yang kurencanakan adalah melakukan semua yang ingin kulakukan disana bersamamu :)

Apa itu terdengar terlalu mengatur jadwalmu?
I don't care...karena saat - saat bersamamu belakangan ini lambat laun menjadi langka. Mimpi, cita-cita, harapan, beban, pekerjaan, kesibukan, dll menyita separuh kebersamaan yang manis.

"Jangan kaget ya, lusa aku ke Palembang" katamu saat menelponku.

Lagi-lagi kamu harus pergi dan itu pasti untuk waktu yang lama. Enaknya jadi kamu, punya pekerjaan yang selalu bepergian kesana kemari, ditempat yang baru, suasana baru, kantor baru, orang baru, teman baru, (ups... but don't even think about new "heart").

Akhirnya, setelah sekian lama menunggu, kini tiba saatnya berjibaku dengan kerjaan - kerjaanmu lagi. Aku bisa apa selain membiarkanmu pergi, rinduku hanya bisa menunggu dengan sabar, disini.

Baru seminggu lalu aku tiba disini, dan sekarang aku bergegas lagi untuk pergi. Kesana, ke kotamu, menyelsaikan urusan dan kepentinganku sendiri, dan... bertemu denganmu, sebelum kamu terbang lagi ke Palembang.

 ****
Tak banyak waktu yang bisa kuhabiskan denganmu, besok, pagi-pagi, kamu sudah harus terbang, dan meski aku telah berada disini, bersamamu lagi, aku tak bisa serta merta  mengantarmu ke bandara. Apa kata teman - temanmu nanti :(
**** 

Pesawatmu mungkin saja masih di apron, belum push back, atau kamu bahkan belum check in, belum apa - apa, tapi sepertinya kamu sudah terbang melayang - layang membawa semua rasa dihatiku. Ini bukan yang pertama kalinya aku ditinggal olehmu, tapi hampir ini saja rasa yang kamu titip tiap kali kamu pergi.

Kotamu yang begitu ramai tiba - tiba sepi, urusan dan keperluan yang ingin dan harus kuselesaikan saat itu seolah beban yang tidak bisa kukerjakan sendiri, aku butuh teman untuk membantuku melakukan dan menyelesaikannya, aku butuh kamu.

Perhatianku begitu serius tertuju pada tumpukan - tumpukan buku yang tersusun tak begitu rapi di rak - rak baca toko buku ini, mencari berbagai literatur bahasa Indonesia. Tapi toko buku besar ini sama sekali tak memuaskanku, bagaimana mungkin literatur dan semua buku bahasa Indonesia yang menurutku penting dan semestinya dijual disini, malah tidak ada. Ini toko buku besar, tempat mahasiswa dan semua kutu buku berburu buku, dan yang terpenting, ini Indonesia, tapi apa yang kudapat, buku - buku bahan ajar dan belajar bahasa Indonesia hanya tersedia sebanyak satu rak kecil, masih kalah banyak dengan koleksi novel, komik, majalah, bahkan buku - buku bahasa Inggris. Hugh...

Kekecewaanku coba ku obati dengan melirik koleksi buku - buku sastra, diujung belakang toko ini, melihat dan sedikit mencuri - curi kesempatan membaca beberapa sinopsis novel pembangun jiwa.  Lantunan musik instrumental romantis yang diputar ditoko ini membawa hawa lain didadaku. Akh... tiga minggu lalu, aku masih disini, bersamamu mencari dan akhirnya membeli salah satu novel best seller karangan Ahmad Fuadi.

Kurogoh kantong jeans, meraih handphone dan mencari namamu diantara barisan nama - nama lainnya, "nomor yang anda tuju sedang tidak aktif", begitu kata operator saat aku mencoba menghubungimu. Saat ini kamu mungkin tengah duduk santai dikursi empuk pesawat menikmati perjalanan perdanamu ke Palembang. Dan disini, aku terjebak oleh rinduku sendiri diantara susunan buku - buku lokal dan impor jualan salah satu toko buku ternama dikotamu.

Kepergianmu melesapkan riuh ramai kota ini. Jalan - jalan yang membekaskan jejak - jejak kenangan kitapun merupa senyap meski dijejali lalu lalang orang - orang. Ah kamu... lagi - lagi merambatkan hawa dingin di dinding hatiku.

Ternyata, arti hadirmu bukan sekedar siulan nada indah didada, tapi juga keinginanku akan keberadaan sosokmu disampingku, saat aku disini, pulang ke kotamu.

Tidak ada komentar:

Popular Posts