Mungkin, ada saat dimana kamu merasa cemburu. Entah karena apa....
Tapi bila boleh ibu memintamu, cemburulah pada hal baik yang akan mendatangkan kebaikan - kabaikan lain pada dirimu, bukan mengundang petaka yang akhirnya akan melukaimu, dengan atau tanpa darah.
Andai hatimu dirasuk cemburu, mintalah pada-Nya agar rasa itu tak menusukmu.
Jika itu sebuah kebajikan, nikmatilah! Belajarlah!
Jangan pernah berpaling dari kecemburuan, hadapilah ia dengan hati lapang, berbahagialah untuknya. Dengan begitu kamu bisa tersenyum ikhlas untuk kesuksesan, prestasi, dan pencapaian yang bukan dan belum menjadi milikmu.
Dengan begitu kamu bisa belajar dan berbagi dengan mereka. Bagaimana mereka terus melangkah meski terseot dan menyeret jejak, bagaimana mereka menjadi kuat walau halang datang merintang, bagaimana mereka yakin ditangah keraguan yang terbangun disekitar, bagaimana mereka istiqamah diantara serbuan godaan, bagaimana mereka keluar menjadi pemenang dengan jutaan lawan atau bahkan hanya melawan diri sendiri, dan bagaimana mereka bersikap dan menyikapi sebuah kemenangan.
Jangan lari, Nak.
Jangan merengut menyendiri dalam kamar nelangsa sembari memeluk lutut, mengutuk diri dan mengumpat Tuhan lewat derai-derai tangis.
Bukan, Nak. Tidak seperti itu.
Keluarlah, hadapilah, salamilah, jadikan mereka sahabatmu.
Yakinlah...usaha yang tak pernah henti, doa yang tak pernah putus takkan pernah sia-sia.
Percayalah...senyum dan tawa sahabat-sahabatmu hari ini akan menjadi milikmu besok.
Nak, tetaplah berprsangka baik pada Sang pemberi perkara hidup.
Keindahan yang terlihat sebenarnya tak selalu indah dalam pandangan.
Keburukan yang terasa sebenarnya tak selalu buruk dalam hakikatnya.
Tuhan, Maha Tahu, Maha Pengatur Rencana....jangan sampai kamu salah menyangka.
Jangan pernah meninggalkan-Nya, Nak.
Sebab keterpurukan bukan alasan tepat untuk berpaling darinya, sebaliknya kejayaan bukan alasan sempurna untuk melupakan-Nya.
Mimpikan dan gamlarlah rencanamu seindah-indahnya lalu bangunlah diatas pondasi doa dan kerja keras.
Dengan semangat ridho ayah-ibu, maka semua akan merestuimu.
Hingga tiba saat piala kebahagiaan kau timang dengan penuh rasa tawadhu.
Disaat itulah lelehan airmataku akan berarti lebih dari sekedar butiran bening yang jatuh atas nama haru dan terima kasih. Itulah syukur, Nak. Karunia tak terhingga dari-Nya
Nak, bila sesuatu mulai menyesak dalam dadamu dan ibu tak lagi ada untuk membelai rambutmu, ingatlah pesan ini.